Keteladanan Orang Tua bagian dari seri tulisan Pendidikan Islam untuk Anak Muslim
Oleh A. Fatih Syuhud
Ditulis untuk Buletin El-Ukhuwah
Ponpes Al-Khoirot Putri Karangsuko Malang
Keteladanan berasal dari kata teladan yang menurut KBBI (Kamus Besar  Bahasa Indonesia) bermakna  “sesuatu yang patut ditiru atau baik untuk  dicontoh.” Dengan demikian, keteladanan berarti  hal yg dapat ditiru  atau dicontoh.
Keteladanan adalah cara memimpin yang paling efektif. Metode membimbing  yang paling tidak diragukan lagi kekuatannya. Allah meminta umat Islam  agar meneladani perilaku Rasulullah (QS Al Ahzab 33:21). Perintah Al  Quran ini secara tersirat dapat juga dimaknai bahwa cara memimpin yang  baik dan efektif adalah dengan cara memberi keteladanan, bukan hanya  perkataan.  Di ayat lain Al Quran juga mengingatkan, bahwa pemimpin yang  ideal dan sukses selalu berusaha menyelaraskan perkataan dengan  perbuatannya (QS As Shaf 61:3).
Kalau keteladanan mutlak diperlukan dalam memimpin dan mendidik orang  dewasa, maka  ia semakin mutlak diperlukan sebagai metode dalam  mendidik dan menuntun anak ke arah kebaikan yang kita inginkan. Karena,  anak ibarat kertas putih bersih. Orang-orang dewasa di sekitarnyalah  yang akan “melukis” aneka gambar di dalamnya. Terutama, dalam hal ini,  adalah orang tua.
Oleh karena itu, saat orang tua melihat anaknya berperilaku dan  bersikap tidak sesuai dengan yang diinginkan maka hal pertama yang perlu  dipertanyakan adalah sudahkah orang tua memberi keteladanan yang benar  pada anaknya?  Apabila dirasa tidak ada yang salah dengan keteladanan  orang tua maka yang perlu dilihat berikutnya adalah keteladanan  lingkungan di sekitarnya. Seperti, keteladanan tetangga, teman-teman  sekolah dan tontonan yang dilihat di TV.
Tentu  setiap orang tua mengetahui apa saja perilaku baik yang patut  diteladankan pada anak dan kebiasaan buruk yang harus dihindari. Namun,  apabila masih bingung, berikut hal-hal pokok yang perlu diperhatikan.
Pertama, jujur.  Kejujuran adalah fondasi utama agar manusia hidup  bermartabat dan dihargai orang lain. Walaupun Anda mungkin bukan orang  yang selalu jujur selama ini, tapi berusahalah menjadi jujur demi anak  Anda. Kejujuran meliputi tidak suka berbohong, tidak suka korupsi dengan  dalih apapun dan bangga pada harta yang didapat dengan cara halal  walaupun sedikit.
Kedua, kerja keras. Kerja keras adalah kunci penting berikutnya dalam  mencapai kesuksesan dunia dan akhirat. Kerja keras berarti tidak malas.  Tidak malas untuk belajar, bekerja, dan beribadah.
Ketiga, taat perintah agama. Tunjukkan bahwa orang tua mentaati  seluruh perintah agama. Setidaknya, perintah agama yang utama seperti  rukun Islam yang lima (salat, puasa, zakat dan haji bila mampu).
Keempat, menjauhi larangan agama.  Menjauhi larangan agama sama  pentingnya dengan menaati perintahnya. Larangan agama yang utama adalah  berzina, mencuri (termasuk korupsi), minum alkohol, membunuh dan  pemakaian obat terlarang.
Kelima, jangan bertengkar di depan anak.  Pertengkaran suami-istri  sebisa mungkin dihindari. Dan kalau pertengkaran tak terhindarkan,  jangan pernah melakukannya di depan anak.
Keenam,  jangan melakukan kekerasan dalam rumah tangga baik suami  pada istri, atau ayah/ ibu pada anak.  Penggunaan cara kekerasan hanya  akan membuat anak berfikir bahwa memukul dan menyiksa orang lain itu  bukanlah sesuatu yang buruk. Sebaliknya jadikan sikap tegas tapi penuh  kasih sayang sebagai cara mendisiplinkan anak.
Apabila orang tua sanggup melakukan hal-hal tersebut, mereka akan  betul-betul menjadi  idola dan pahlawan keteladanan bagi buah hatinya.[]
 
 
Tidak ada komentar:
Posting Komentar